Friday, 30 January 2015

Elegi Pagi Hari

Sisa nafasmu masih terasa dalam katup udaraku
Samar-samar, tapi tetap sejuk, dingin
Dalam pigura-pigura yang telah dulu sekali dibuat, kita tertangkap bersama bukan?

Kita adalah lukisan-lukisan dahulu kala
Terpajang rapi dalam elegi-elegi yang tak akan usang
Sesekali mereka menggoda, untuk kembali dilirik

Kita adalah rasa-rasa yang terbungkam
Di mana bisu begitu kita agungkan
Tanda tanya jadi makan dan minum sehari-harinya

Kita juga bait-bait lagu yang tak jelas di mana akhirnya
Kita memilih melepaskan pena-pena dari kertasnya
Lirik-lirik terbengkalai dan di selimuti debu

Aku menemukanmu lagi tadi
Di sudut jalan yang jarang aku lalui
Kamu masih dengan senyum yang terabadikan dalam lukisan-lukisan itu
Nafasmu masih sejuk, dingin

Tapi aku?
Kini sedang menjelma gelandangan
Kosong di mana-mana

Aku mengharap nafasmu sekali lagi
Seperti yang sangat dulu sekali
Untuk setidaknya mengisi katup udaraku, melegakan nafasku
Hingga aku menemukan rumahku yang baru



(2015)



























Atau mungkin, rumahku itu sebenarnya...


adalah kamu?














*hali teman, kamu apa kabar?





No comments:

Post a Comment