Friday, 11 November 2016

Sebuah Waktu, Aku, dan Kamu

Sepantasnya kita bertemu,
aku yang akan jadi udara.
Yang kemudian wangi karena aroma rambutmu.

Jika tidak, bolehlah aku menjadi mata-mata yang terkunci.
Pupilnya membesar, sebiji kelereng.
Yang menerima,
karena pada satu waktu itu, tak juga bisa aku berkedip,
sekedar membasahi muka mataku.

Sepantasnya kita duduk bersama,
aku mulai mempertimbangkan untuk diam saja.
Lebih memilih kembali membaca bukuku.
Mencoba mencermati hurur per huruf, kata per kata,
baris per baris, bait per bait, halaman per halaman.
Mengacuhkan dirimu.
Sejauh yang aku alami.
Saat seperti ini hanya sesaat, jika kau hirup habis dengan senyum dan tawa.
Jadi, ada baiknya waktu ini biarlah membosankan dan penuh penyesalan.
Niscaya, waktu akan berjalan sebegitu lambatnya.

No comments:

Post a Comment