Orang makin banyak mengutuki waktu hari-hari ini. Dialamatkanlah semua ketidaktepatan di dunia ini padanya. Yang tidak tepat bangunnya. Tidak tepat menaiki keretanya. Bahkan lebih gilanya, ketepatan juga mereka kutuki! Ketepatan bertemu hujan, atau bahkan panas yang terlalu membakar.
Beribu, tidak, berjuta, bahkan bermilyar keluhan memenuhi kotak suratnya. Mereka mengeluh mengapa terlambat. Mengeluh karena terlalu cepat. Mengeluh tatkala lewat begitu saja. Mengeluh mengapa aku menunggu di sebuah halte yang sama sore ini. Miris sekali.
Padahal waktu adalah satu yang pasti! Ia tak pernah ingkar. Ia hari ini, sama seperti kemarin, bahkan esok. Apa salahnya?
Kaulah yang harusnya menyungai maaf padanya. Kau suka mengulur dan melambatkan diriku, hingga kau terlambat. Kau suka mencuri-curi, dan pada akhirnya itu terlalu cepat. Hingga ketepatan yang mestinya memang terjadi apa adanya? Bukankah itu langkah kakimu sendiri yang berjalan. Tak bisa kau seenaknya marah dan menuduh waktu yang bukan-bukan.
Tapi sialnya, masih saja kubilang tak tepat.
Oh bukan waktunya, tapi seperti yang Puthut bilang pada bukunya yang kubaca tadi pagi.
No comments:
Post a Comment